rangkuman ide yang tercecer

Rabu, 10 Februari 2016

APRESIASI PRESIDEN JOKO WIDODO KEMBANGKAN



LSM ATRAKTIP
APRESIASI PRESIDEN JOKO WIDODO KEMBANGKAN DANAU TOBA
Medan,
            Direktur Eksekutif Lembaga Swadaya Masyarakat Kajian Transparansi Kinerja Instansi Publik Drs. Thomson Hutasoit sangat mengapresiasi tekad kuat Presiden Republik Indonesia ke tujuh Ir. H. Joko Widodo atau Jokowi mengembangkan Danau Toba sebagai destinasi utama pariwisata Indonesia. Pernyataan pengembangan Danau Toba suatu keharusan adalah bukti nyata kejenialan Presiden Joko Widodo melihat potensi sumber kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia, khususnya masyarakat sekitar Kaldera Toba yang selama ini terabaikan dalam kebijkan pemerintahan sebelum-sebelumnya. Hal itu dikatakan Thomson Hutasoit kepada wartawan hari Kamis (4/2) lalu di Medan.
            Thomson Hutasoit sungguh sangat berterima kasih serta mengapresisasi niat mulia dan tulus dari Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang telah mendengarkan jeritan Danau Toba, termasuk masyarakat sekitar Kaldera Toba yang selama ini hanya dijadikan wacana dan retorika belaka tanpa tindakan nyata hingga harapan masyarakat sekitar hampir pupus dan tak percaya adanya kebijakan pemerintah, pemerintah daerah untuk mengembangkan Danau Toba salah satu destinasi pariwisata utama di negeri ini.
Kita telah berulang-ulang menyuarakan betapa kelirunya kebijakan pemerintah, pemerintah provinsi Sumatera Utara dan pemerintah daerah sekitar Danau Toba yang tak pernah serius mengurus Danau Toba anugerah Tuhan Yang Maha Esa sumber hidup dan penghidupan bagi masyarakat sekitar, bahkan bagi bangsa Indonesia. Pada tahun 2006 lalu kita telah mengusulkan melalui media daerah maupun media nasional agar dibentuk satu badan otorita untuk mengelola dan mengembangkan Danau Toba sebagai destinasi pariwisata utama di belahan barat Indonesia. Bahkan kita telah meluncurkan artikel berjudul “Tangisan Danau Toba” serta “Ambvalensi Pengelolaan Danau Toba” sebagai koreksi total terhadap kekeliruan  kebijakan pemerintah, pemerintah daerah dalam mengembangkan Danau Toba, danau terbesar ketiga di dunia serta danau vulkanik terbesar pertama di dunia yang memiliki karakter spesifik untuk daya tarik wisatawan, baik domestik maupun internasional.
Terus terang, lanjut Thomson Hutasoit, kita telah berkesimpulan sementara, bahwa Danau Toba sepertinya telah dijadikan “kosmetik politik” bagi calon-calon pemimpin di negeri ini, apakah itu calon presiden, calon gubernur maupun calon kepala daerah di sekitar Danau Toba. Sebab setiap kampanye suksesi kepemimpinan selalu mendengungkan kebijakan pengembangan Danau Toba, tetapi pasca terpilih tidak satupun menjadikan Pengembangan Danau Toba sebagai keharusan, kecuali Presiden Joko Widodo yang menugaskan tidak kurang dari lima (5) menterinya untuk merealisasikan pengembangan Danau Toba secara konkrit mulai tahun anggaran 2016 ini.
            Thomson Hutasoit yang juga penulis buku adat budaya Batak Toba dan Kepemimpinan ditinjau dari kultur budaya Batak Toba meminta dan menghimbau pemerintah Provinsi Sumatera Utara, pemerintah daerah kabupaten sekitar Kaldera Toba, terlebih seluruh masyarakat agar mendukung niat mulia pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla mengembangkan Danau Toba salah satu destinasi utama periwisata di Indonesia. Sifat-sifat ego kedaerahan dan perasaan paling memiliki dan paling berhak harus segera dibuang jauh-jauh agar niat tulus Presiden Joko Widodo beserta seluruh menterinya, seperti Menko Kemaritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli, Menko Polhukam Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimulijono dan Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya tidak mengalami kendala semata-mata disebabkan ego masing-masing.
            Seluruh stakeholder Kawasan Danau Toba harus menyadari komprehensif paripurna seindah apapun Danau Toba jika tidak dikelola dengan baik dan benar serta profesional maka seluruh potensi kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat yang dianugerakan Tuhan Yang Maha Esa terhadap bangsa, khususnya masyarakat sekitar Kaldera Toba pasti akan sia-sia, tegas   Sekretaris Umum Punguan Borsak Bimbinan Hutasoit, Boru, Bere Kota Medan Sekitarnya itu.
            Pemerintah provinsi Sumatera Utara, pemerintah daerah sekawasan Danau Toba serta seluruh masyarakat seharusnya sungguh-sungguh bersyukur dan berterima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang telah mendengarkan jeritan ketertinggalan pengembangan Danau Toba sebagai destinasi utama pariwisata di daerah ini. Seluruh pihak harus menyadari paripurna bahwa berbagai kebijakan tentang pengembangan Danau Toba selama ini masih sekadar wacana dan retrorika walau berbagai even telah dilakukan dan menghabiskan dana APBD bahkan APBN.  Misalnya; Pesta Danau Toba, Festival Danau Toba dan lain-lain yang sifatnya temporer insidental tanpa menyentuh akar permasalahan seperti pembangunan infrastruktur untuk memperpendek rentang waktu jarak tempuh dari Kota Medan menuju Danau Toba yang menjadi salah satu faktor wisatawan enggan berwisata ke Danau Toba, urai Thomson Hutasoit.
Kita sangat-sangat tak  setuju apabila ada pihak-pihak menjadikan Danau Toba sekadar menu seminar, diskusi apalagi menjadikan proyek (menggarut keuntungan subyektif) tanpa tindak lanjut nyata membangun infrastruktur sebagaimana dirancang pemerintahan Jokowi-JK yang bukan sekadar “omong doang/omdo” seperti dilakonkan pihak-pihak tertentu yang ingin mengekploitasi Danau Toba melalui kebijakan ‘seolah-olah” unutuk menarik manfaat dan keuntungan atas nama pengembangan Danau Toba, pungkasnya.   
            Dia juga menghimbau agar pemerintah daerah sekitar Danau Toba merevitalisasi adat budaya sebagai menu wisata agar wisatawan lebih lama tinggal di kawasan Danau Toba sebagaimana dilakukan pemerintah daerah Bali, Yogyakarta dan lain sebagainya. Sebab apabila hanya mengandalkan keindahan panorama Danau Toba belaka maka wisatawan akan cepat bosan. Karenanya, pemerintah daerah melalui dinas pariwisata harus segera mengindentifikasi, menginventarisasi, memetakan serta membuat matriks-matriks seluruh potensi wisata yang akan ditawarkan kepada wisatawan supaya wisatawan termanjakan dan betah tinggal di kawasan Danau Toba, himbaunya mengakhiri. (M03).