Bagian Kelima (Habis).
Saat butuh dekati sahabat dan rakyat. Kalau tidak butuh
ditinggalkan, (lupa diri, lupa berterima kasih).
Salah satu hal penting yang
tidak boleh luput dari perhatian rakyat Sumatera Utara pada calon-calon
Pilgubsu 2013 adalah munculnya ”sahabat-sahabat palsu” yang hanya mendekati
sahabat dan rakyat saat butuh, kalau tidak butuh ditinggalkan.
Hal itu, bisa diketahui melalui
pengamatan obyektif komprehensif dari para calon Gubernur Sumatera Utara
periode 2013-2018 dengan membuka memori di masa lalu dari calon-calon tersebut.
Seluruh pasangan calon Gubsu
2013 menyatakan diri ”sahabat rakyat”, mendekati, mendatangi dengan sejuta
kedermawanan palsu di saat-saat menjelang pemilihan gubernur Sumatera Utara
(Pilgubsu) agar rakyat memberikan hak pilih pada pemilihan nanti.
Sahabat seperti itu adalah
sahabat palsu yang hanya mendekati sahabat dan rakyat di saat-saat butuh yakni
butuh dukungan suara agar bisa memenangi Pilgubsu dan memangku kekuasaan nomor
satu di provinsi Sumatera Utara.
Perlu diingat bahwa sahabat
palsu adalah saat butuh dekati sahabat dan rakyat, kalau tidak butuh
ditinggalkan.
Sahabat palsu akan lupa diri,
lupa berterima kasih ketika kekuasaan telah benar-benar berada ditangannya.
Mereka lupa diri, lupa berterima
kasih terhadap kebaikan-kebaikan, dukungan
pihak lain terhadap dirinya, dan dengan serta merta membangun tembok
pemisah dengan sahabat dan rakyat karena tidak dibutuhkan lagi.
Padahal, Pdt. Halomoan Marpaung,
STh, MPSi mengatakan, ”Jadilah menjadi pelupa, tapi hanya untuk 2 (dua) hal
saja yakni; Lupakanlah ”Kebaikan” yang kita lakukan kepada orang lain, dan
Lupakanlah ”Kesalahan” orang lain kepada kita”.
Orang yang lupa kebaikan yang
diberikan kepada orang lain menjadikan seseorang rendah hati, tidak sombong,
tidak angkuh karena tidak pernah menghitung-hitung kebaikannya terhadap orang
lain.
Apa yang mampu diperbuat
(kebaikan-red) selalu dimaknai merupakan suatu kewajaran serta kewajiban
solidaritas kemanusiaan yang harus dilakukan.
Orang yang lupa atas kesalahan orang
lain menjadikan seseorang panjang sabar, pemaaf, serta mampu menghargai harkat
kemanusiaan sejati.
Sahabat sejati tercermin dari
kesahajaan dan konsistensi menjalin hubungan persahabatan abadi yang bukan saja
dibutuhkan saat-saat butuh, tetapi ketika tidak dibutuhkan ditinggalkan.
Oleh sebab itu, untuk mengetahui
apakah calon-calon Gubernur Sumatera Utara 2013-2018 benar-benar sahabat rakyat
maka perlu dilacak dari masa lalu calon bersangkutan.
Sebab, Stephen P. Robbins, Ph.D mengatakan,
“Prediktor terbaik perilaku seseorang di masa depan ialah perilakunya di masa
lalu”.
Artinya, bila seorang Cagubsu di
masa lalu tidak pernah peduli dengan sahabat dan rakyat sulit dipercaya bila
menyatakan diri sahabat rakyat ketika menjelang masa-masa Pilgubsu.
Pernyataan sahabat rakyat patut
diduga suatu kamuflase politik ataupun persahabatan palsu saat butuh dekati
sahabat dan rakyat, kalau tidak butuh ditinggalkan, (lupa diri, lupa berterima
kasih).
Karakter seperti itu adalah
karakter oportunis hanya mengenal, membutuhkan
sahabat dan rakyat ketika dibutuhkan mewujudkan kepentingan diri,
kelompok maupun golongannya.
Kebaikan palsu, kedermawanan
palsu, persahabatan palsu, dan kepedulian palsu akan diobral para calon
oportunis untuk menyesatkan kesadaran rakyat menjelang Pilgubsu akan datang,
sehingga rakyat harus cerdas, cermat untuk meneliti sahabat-sahabat palsu agar
tidak terkecoh dalam menentukan pilihan pada calon Pilgubsu 2013.
Sahabat sejati tidak akan pernah
meninggalkan sahabat dan rakyat ketika menderita, tapi mendukung serta
mendorong sahabatnya dan rakyat dari penderitaannya melalui pemikiran dan
perbuatan tanpa memperhitungkan untung rugi.
Sebab sahabat bukan hanya
diperlukan saat butuh, kalau tidak butuh ditinggalkan.
Salah satu faktor menurunnya
elektabilitas pemilihan adalah wanprestasi janji-janji kampanye, dimana pada
saat-saat kampanye para calon presiden, gubernur, bupati/walikota menyatakan diri peduli dengan
penderitaan rakyat, tetapi ketika calon itu memenangi pemilihan semua
janji-janjinya terlupakan.
Malah berubah menjadi ”monster” melalui
berbagai peraturan perundang-undangan, peraturan daerah (Perda) yang mencekik
leher rakyat.
Perilaku demikian mendorong
tumbuhnya kecurigaan atau ketidakpercayaan
rakyat terhadap para calon sekaligus menimbulkan politik transaksional.
Rakyat berkesimpulan semua calon
adalah ”pembohong” siapa yang mampu memberi uang itulah yang akan dipilih sebab
semuanya sama, hanya membutuhkan rakyat pada saat pemilihan, ketika pemilihan
usai rakyat ditinggalkan.
Pandangan seperti itu harus
segera diluruskan melalui pengamatan, penilaian, serta penjajakan masa lalu
para calon secara obyektif komprehensif.
Penutup.
Pesan moral iklan Dato’ Seri H.
Syamsul Arifin Silaban, SE merupakan suara ”nabiah” yang perlu dicamkan dan diperhatikan
seluruh rakyat Sumatera Utara dalam pesta demokrasi suksesi Gubernur Sumatera
Utara periode 2013-2018.
Rakyat Sumatera Utara harus
mampu melepaskan diri dari subyektivitas agar mampu menerima dan memahami pesan
moral Dato’ Seri H. Syamsul Arifin Silaban, SE sebagai gubernur non aktif
akibat tersandung kasus hukum sewaktu menjadi Bupati Langkat.
Sebagai gubernur aktif selama ±
2 tahun memimpin Sumatera Utara dan memantau jarak jauh (dari penjara-red)
perjalanan provinsi Sumatera Utara tentu memiliki penilaian tersendiri tentang Cagubsu
2013-2018 akan datang.
Penilaian Dato’ Seri H. Syamsul
Arifin Silaban, SE harus pula dilihat dari sudut positif agar pesan moral
“suara nabiah” melalui iklan Hari Ulang Tahun (HUT) kemerdekaan RI ke 67 sekaligus
himbauan mempererat persatuan dan kesatuan di Provinsi Sumatera Utara dalam
pelaksanaan pemilihan pemimpin di Sumatera Utara.
Sebagai gubernur non aktif Dato’
Seri H. Syamsul Arifin Silaban, SE memesankan Pilihlah Pemimpin yang :
- Orang yang taat kepada agama.
- Orang yang tidak serakah.
- Orang yang tidak sombong.
- Orang yang tidak munafik. Saat butuh dekati sahabat dan rakyat. Kalau tidak butuh ditinggalkan, (lupa diri, lupa berterima kasih).
Pesan moral itu merupakan
himbauan sekaligus peringatan kepada seluruh rakyat Sumatera Utara agar tidak
salah pilih terhadap calon-calon yang bertebaran saat ini.
Semua calon gubernur Sumatera
Utara (Cagubsu) 2013-2018 menyatakan diri sahabat rakyat, tatapi rakyat harus
cerdas dan cermat melihat mana sahabat sejati, mana pula sahabat palsu.
Sahabat sejati tidak akan pernah
meninggalkan sahabatnya ketika menderita.
Sedangkan sahabat palsu, saat
butuh dekati sahabat dan rakyat, kalau tidak butuh ditinggalkan, (lupa diri,
lupa berterima kasih).
Himbauan sekaligus peringatan
ini merupakan hal sangat penting sehingga rakyat Sumatera Utara memperhatikan
dengan seksama dalam menentukan pilihan pada pemilihan gubernur Sumatera Utara
(Pilgubsu) 2013.
Medan, 25 Agustus 2013
Thomson Hutasoit.
Penulis: penulis buku Meneropong
serta Mengamati Visi-Misi Gubernur Sumatera Utara H. Syamsul Arifin Silaban, SE
’ Rakyat Tidak Lapar, Rakyat Tidak Bodoh, Rakyat Tidak Sakit, dan Punya Masa
Depan’, tinggal di Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.