BAGAIMANA PARTOGI MERAIH SUKSES KOLEKTIF
OLEH : Drs. Thomson Hutasoit.
Implementasi Parsadaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) meraih sukses kolektif adalah penerapan dan pembumian makna Ikatan Tali Darah (na ni ihot ni mudar-red) secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam ruang lingkup budaya adat-istiadat, sosial politik, ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) maupun ekonomi kekeluargaan yang lebih populer disebut dengan ekonomi kerakyatan sesuai dengan Falsafah Dalihan Na Tolu (DNT) yakni Somba mar Hula-hula, Manat mar Dongan Tubu, dan Elek mar Boru dalam terjemahan bebas berarti Hormat terhadap Hula-hula, Hati-hati dan bijaksana terhadap Dongan Tubu, dan kasih sayang terhadap Boru sehingga tercipta hubungan harmonis dalam kekeluargaan serta kekerabatan sebagai perwujudan persatuan dan kesatuan sebagaimana makna sejati Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang penerapannya melalui kerukunan keluarga, marga, bangsa, maupun negara. Kerukunan suatu bangsa atau negara harus dimulai dari kelompok terkecil masyarakat yaitu dari micro cocmos ke macro cosmos.
Parsadaaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) bukanlah partai politik tetapi Pomparan Toga Sihombing berada di berbagai partai politik sehingga Parasadaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) tidak bisa terlepas dari aroma perpolitikan di tingkat daerah bahkan sampai ke tingkat nasional.
Sekaitan dengan itu, PARTOGI (Borsak Jungjungan Silaban, Borsak Sirumonggur Sihombing Lumbantoruan, Borsak Mangatasi Nababan, Borsak Bimbinan Hutasoit) harus memiliki sikap tegas dalam menyikapi seluruh proses pemilihan, baik pemilihan calon legislatif maupun pemilihan kepala daerah.
Sikap tegas dan bijaksana Parsadaan Pomparan Toga Sihombing yang warganya tersebar di berbagai partai politik serta tidak terikat pada salah satu partai politik mempertegas bahwa PARTOGI bukanlah wadah berafiliasi pada partai politik tertentu.
PARTOGI adalah suatu wadah kekeluargaan diikat hubungan tali darah sehingga tidak akan membeda-bedakan warganya berdasarkan haluan partai politik. Oleh karena itu, PARTOGI sangat arif dan bijaksana jika mendukung dan memilih calon legislatif, calon kepala daerah Anak, Boru, Bere Pomparan Toga Sihombing tanpa memandang dari partai manapun juga.
Sikap demikian menunjukkan, bahwa Parsadaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) bukanlah berafiliasi pada salah satu partai politik. PARTOGI hanyalah merupakan Perkumpulan atau Parsadaan yang diikat hubungan tali darah dan dilandasi falsafah Dalihan Na Tolu atau DNT yang berkewajiban untuk mendukung dan memilih putra-putri terbaiknya dalam pemilihan legislatif atau kepala daerah sebagai wujud “si sada anak, si sada boru, si sada tangiang, si sada pambahenan” seperti diamanahkan nenek moyang “mangangkat rap tu ginjang manimbung rap tu toru” pomparan Toga Sihombing (Borsak Jungjungan Silaban, Borsak Sirumonggur Sihombing Lumbantoruan, Borsak Mangatasi Nababan, Borsak Bimbinan Hutasoit) supaya sukses kolektif bisa terwujud nyata.
Sangatlah keliru besar jika makna Perkumpulan (Punguan Marga) Parsadaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) yakni Punguan Borsak Jungjungan Silaban, Borsak Sirumonggur Sihombing Lumbantoruan, Borsak Mangatasi Nababan, Borsak Bimbinan Hutasoit hanya dijadikan “Simbolisasi“ semu kesatuan visi-misi tanpa diikuti langkah-langkah nyata untuk MERAIH SUKSES KOLEKTIF generasi Toga Sihombing di masa-masa mendatang.
Salah satu sifat istimewa dari pomparan Toga Sihombing adalah satunya perkataan dengan perbuatan (di tuluthon danggurna-red) dan sangat memantangkan “bulu pe so bulu soban pe so soban, musu pe so musu dongan pe so dongan manang samponggol so angkupan santipul so donganan” sehingga selalu menjauhkan diri dari tindakan “Di suru manjangkit ditaba sian toru” yang merupakan perilaku sangat menjijikkan bagi bangsa beradab.
Karakter seperti itu merupakan warisan pomparan Toga Sihombing dari leluhur dan hal itu bisa dibuktikan dari berbagai “Padan” dengan marga-marga lain yang hingga kini tetap dijaga dan dilestarikan walaupun sudah puluhan generasi serta ratusan tahun silam.
Siapa pun diantara putra-putri terbaik (Anak, Boru, Bere) Parsadaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) duduk sebagai anggota legislatif (DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota) maupun Kepala Daerah akan mengangkat harga diri, marwah dan martabat Parsadaan Pomparan Toga Sihombing tanpa membeda-bedakan haluan partai politik. Sebab PARTOGI selalu berprinsip ada dimana-mana tetapi tidak berada dimana-mana. Artinya, pomparan Toga Sihombing boleh berada di berbagai partai politik tetapi tidak boleh anderboow partai politik mana pun juga.
Untuk itu, momentum pemilihan legislatif, kepala daerah perlu dijadikan sebagai titik awal tumbuhnya kesatuan visi-misi meraih sukses kolektif sehingga perlu diberikan Doa Restu pemberangkatan (Tangiang Borhat-borhat) para calon legislative, kepala daerah secara bersama-sama untuk menumbuhkan sebuah kesadaran baru ”Partai Politik boleh berbeda, Toga Sihombing tetap satu“ sehingga tidak perlu saling sikut-menyikut dalam pemilihan legislatif maupun kepala daerah.
Putra-Putri Toga Sihombing jangan malu dengan Jati Dirinya karena hanya orang-orang berjati diri lah berkomitmen membangun bangsa dan negara. Bangsa ini dibangun diatas Kebhinnekaan dan seluruh kearifan lokal adalah potensi maha dahsyat menuju Indonesia Raya dan Indonesia Jaya.
Jika ditelisik lebih jauh fenomena tumbuh suburnya berbagai perkumpulan maupun parsadaan pada era belakangan ini tentu akan mengundang aneka pertanyaan antara lain; untuk apa perkumpulan atau parsadaan dibentuk, apa manfaat langsung dari perkumpulan atau parsadaan dalam ruang lingkup politik maupun peningkatan taraf hidup keekonomian terhadap anggota, serta sudah sampai dimana perkumpulan atau parsadaaan untuk meningkatkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) terhadap anggota kurang mampu, dan lain sebagainya.
Pertanyaan-pertanyaan demikian berfungsi memberikan pemahaman hakiki serta merupakan evaluasi arti, makna eksistensi perkumpulan atau parsadaan secara konkrit dalam kehidupan keseharian perkumpulan atau parsadaan terhadap kesadaran seluruh anggota tentang arti penting perkumpulan (Punguan, Parsadaan) dalam alam nyata.
Melalui pemahaman paripurna keberadaan perkumpulan atau parsadaan marga dapat ditingkatkan pengertian, pemahaman, dedikasi, dan loyalitas para anggota terhadap perkumpulan atau parsadaan marga.
Setiap perkumpulan atau parsadaan marga selalu mencantumkan dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) nya tidak berafiliasi pada salah satu partai politik. Pencantuman kata tidak berafiliasi pada salah satu partai politik bukan berarti, bahwa anggota Perkumpulan atau Parsadaan dilarang terlibat di partai politik karena hal itu merupakan hak privasi seseorang yang tidak bisa dilarang oleh siapapun.
Perkumpulan atau Parsadaan adalah salah satu wadah kaderisasi berorganisasi berjenjang dimulai dari pengurus sektor, kabupaten/kota, tingkat provinsi, tingkat nasional, bahkan pengurus tingkat dunia.
Sebagai lembaga kader bersifat kekeluargaan dan kekerabatan tentu Perkumpulan atau Parsadaan berfungsi untuk melahirkan kader-kader terbaiknya yang siap dipasok ke gelanggang politik praktis melalui partai-partai yang ada secara pribadi.
Pemahaman itu harus dibumikan agar perkumpulan atau parsadaan marga tidak alergi terhadap politik serta tidak menjadikan perkumpulan atau parsadaan menjadi “Menara Gading“ atau kawasan bebas politik hingga melarang anggotanya mendukung dan memilih putra-putri terbaiknya dalam pemilihan legislatif ataupun pemilihan kepala daerah yang notabene Anak, Boru, Bere dari perkumpulan atau parsadaan itu sendiri.
Sangat naïf rasanya berharap kepada orang lain untuk mendukung dan memilih putra-putri sendiri sementara anggota perkumpulan aatau parsadaan itu sendiri tidak mendukung dan memilihnya. Politik perkumpulan atau parsadaan marga adalah politik kekeluargaan dan kekerabatan sehingga wajib mendukung dan memilih putra-putri terbaik di partai manapun tanpa membeda-bedakan haluan politik karena perkumpulan atau parsadaan tidak berafiliasi pada salah satu partai politik sebagaimana termaktub di dalam AD/ART.
Mendukung, memilih putra-putri terbaik adalah wujud nyata “Meraih Sukses Kolektif“ sekaligus implementasi si sada anak si sada boru, si sada tangiang, si sada pambahenan seperti diuraikan diatas. Hal itu tidak perlu ditafsirkan secara sempit yakni tumbuhnya fanatisme sektarian, melainkan wujud jati diri karena hanya orang-orang berjati diri lah pantas diharapkan membangun bangsa maupun negara.
Jika seandainya ada pihak-pihak tertentu memelintir hal itu adalah salah satu wujud “Reinkarnasi” sektarianis-primordialis maka pola pikir demikian perlu diluruskan karena suatu kemustahilan lebih mengutamakan orang lain dibandingkan putra-putri sendiri.
Konsep itu adalah salah satu wujud nyata “Kearifan Lokal“ ditengah-tengah kehidupan masyarakat termasuk ciri khas kepribadian bangsa Indonesia yang mengutamakan Gotong-Royong untuk mencapai atau meraih keberhasilan kolektif. Anggota perkumpulan atau parsadaan akan merasakan secara langsung wujud nyata kesatuan visi-misi bukan hanya fatamorgana bersatu kita teguh bercerai kita runtuh. Sebab leluhur mengatakan “Unang patampak-tampak hundul patundal-tundal pandohan” artinya, jangan sekadar berkumpul tetapi tidak satu perkataan”. Perkumpulan atau parsadaan seperti itu hanya lah wadah tak mempunyai arti apa-apa alias tak berguna.
Para leluhur mengatakan “Tamtam na do tajom na, Rim ni tahi do gogo na. Mangangkat rap tu ginjang, manimbung rap tu toru” yang bermakna kesatuan derap langkah, keselarasan antara perkataan dan tindakan dalam meraih keberhasilan bersama atau sukses kolektif.
Kalau tidak maka petuah itu hanyalah kata-kata gersang makna, dan hanya NATO yakni No Action Talk Only atau holan hata (Hoha) yang berakibat tergerusnya dedikasi, loyalitas serta munculnya degradasi makna eksistensi perkumpulan atau parsadaan dibenak para anggotanya.
Munculnya degradasi persatuan dan kesatuan ditengah-tengah masyarakat, bangsa maupun negara tidak terlepas dari minimnya sentuhan-sentuhan kepedulian secara riil kebutuhan rakyat, kepedulian sosial terhadap sesama anggota masyarakat itu sendiri.
Tidaklah terlalu berlebihan jika dikatakan, bahwa kepedulian sosial masih sebatas retorika belaka. Akibatnya, persatuan dan kesatuan masih seperti fatamorga di gurun pasir yang hanya berporos disekitar bayang-bayang saja.
Perkumpulan atau parsadaan belum bisa dijadikan kaya makna, kaya karya sehingga timbul anggapan, bahwa perkumpulan atau parsadaan hanya buang- buang waktu dan materi tanpa manfaat apa-apa. Anggapan demikian menjadi salah satu faktor, mengapa pada hari-hari belakangan ini banyak warga marga enggan dan tidak mau mendaftarkan diri menjadi anggota perkumpulan atau parsadaan marga.
Evaluasi serta pemaknaan kembali tujuan perkumpulan atau parsadaan perlu segera dilakukan sebelum sampai ke titik nadir pemaknaan penting tidaknya seseorang menjadi anggota perkumpulan atau parsadaan marga karena hal itu akan berpengaruh pada kesinambungan kehidupan perkumpulan atau parsadaan di kemudian hari.
Konkritisasi serta implementasi.
Perkumpulan atau parsadaan marga, khususnya Parsadaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) dimana pun berada sudah saatnya meningkatkan kualitas kepedulian sosial yang tidak hanya terpaku pada adat budaya seperti selama ini. Kepedulian sosial harus lebih diarahkan pada upya-upaya peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui penggalakan sektor-sektor pendidikan untuk meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) sehingga mampu mencetak tenaga-tenaga skill yang berguna untuk dirinya, keluarga, marga, bangsa maupun negara.
Selain daripada itu, perkumpulan dan parsadaan harus pula tampil sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi kekeluargaan atau ekonomi kerakyatan melalui penggalangan dana “sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit” untuk membentuk DANA BERGULIR membantu keluarga berekonomi lemah.
Jika Pomparan Toga Sihombing yang ada di kota Medan sekitarnya saat ini sebanyak ± 7.000 kepala keluarga (KK) dan setiap keluarga mengumpulkan uang Rp 5.000,- per bulan maka dana terkumpul dalam satu bulan sebesar Rp 35 juta. Total dana terkumpul dalam satu tahun sebesar Rp 420 juta. Misalkan Bantuan Dana Bergulir diberikan kepada ekonomi lemah anggota Parsadaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) sebesar Rp 5 juta maka dalam satu tahun 84 Kepala Keluarga (KK) PARTOGI telah terbantu dalam penyediaan modal usaha. Program ini adalah aksi nyata Peduli Keluarga PARTOGI untuk mengentaskan kemiskinan karena dana Rp 5 juta sudah sangat menolong penyediaan modal usaha kecil. Atau memberikan dana beasiswa terhadap putra-putri PARTOGI dari keluarga kurang mampu agar tidak terhenti meraih cita-citanya akibat keterbatasan biaya pendidikan. Program-program seperti itu menunjukkan bahwa Parsadaan Pomparan Toga Sihombing telah tampil sebagai motor penggerak ekonomi kerakyatan yang dimulai dari internal marga membangun bangsa maupun negara secara konkrit.
Leluhur kita mengatakan ”Hinarat jari-jari mangampir botohon” yang bermakna, bahwa kepedihan atau penderitaan sanak keluarga dan kerabat akan terasa pada seluruh anggota perkumpulan atau parsadaan. Persatuan dan kesatuan bukan lah kamuflase, tetapi ikatan batin berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.
Kepedulian sosial yang dianjurkan pemerintah dan sudah merupakan program nasional yakni Hari Kesetiakawanan sosial Nasional (HKSN) harus dimulai dari gerakan peduli sosial di lingkungan keluarga dan kerabat kemudian meningkat pada masyarakat, bangsa maupun negara.
Bila program seperti itu dapat dilakukan PARTOGI dimanapun berada maka PARTOGI akan tampil menjadi Partogi (pemimpin dan pemberi arah) bagaimana membangkitkan ekonomi kerakyatan berfundasi Berdiri Diatas Kaki Sendiri (Berdikari) sebagaimana anjuran pendiri bangsa Bung Karno tanpa menggantungkan diri atau didikte oleh pihak asing melalui pinjaman luar negeri yang merendahkan Jati Diri, Martabat Bangsa atau Negara.
Mungkin gerakan seperti itu bagi segelintir orang hanya lah sebuah khayalan autopis yang sangat mudah dibayangkan, tetapi sulit dan sukar dilakukan. Anggapan seperti itu tidak perlu serta merta disalahkan melihat masih minimnya diskusi program aksi nyata memperkuat ekonomi kerakyatan diruang lingkup perkumpulan atau parsadaan marga hingga saat ini. Belum lagi, sedikitnya tokoh-tokoh yang peduli untuk memberikan perhatian dalam upaya pencapaian Sukses kolektif.
Untuk mendukung program seperti itu tentu harus dimulai melalui kesatuan visi (dos ni roha) si sada anak, si sada boru, si sada tangiang, si sada pambahenan termasuk dalam memberikan dukungan nyata kepada anak, boru, bere yang sedang berjuang untuk meraih suatu tujuan seperti pemilihan kepala daerah, anggota legislatif dan lain sebagainya. Misalnya, Pemilihan Gubernur/Wakil Gubernur Sumatera Utara periode 2013-2018 pada tanggl 7 Maret 2013 akan datang.
Salah satu Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara periode 2013-2018 adalah Dr. Rustam Effendy Nainggolan, MM yang merupakan putra terbaik Provinsi Sumatera Utara memiliki rekam jejak kinerja (Track record) paling lengkap dan komplit di pemerintahan daerah Sumatera Utara yang memulai karier Staf Kantor Camat Pahae Jae (1976), Staf Kantor Camat Siborong-borong (1977), Kepala Dinas Pendapatan (Kadispenda) Kabupaten Tapanuli Utara (1982), Asisten Ekonomi Pembangungan Sekretariat Daerah (Ekbang Setda) Kabupaten Tapanuli Utara (1989), Ketua Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tapanuli Utara (1992), Sekretaris Wilayah Daerah (Sekwilda) Kabupaten Dairi (1996), Bupati Tapanuli Utara (1999), Kepala Badan Informasi Komunikasi (Kaban Infokom) Provinsi Sumatera Utara (2004), Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sumatera Utara (2005), Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumatera Utara (2008-2010) dan Dosen Pascasarjana Universitas HKBP Nomensen Medan (2010-sekarang).
Rekam jejak kinerja (track record) Dr. RE. Nainggolan, MM yang mempersunting Linda Br. Sihombing Hutasoit, BA menjadi kebanggan bagi Parsadaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) sebab dukungan terhadap Dr. RE. Nainggolan, MM bukan semata-mata didasarkan karena menantu (HELA) tetapi juga dialaskan kapasitas, kapabilitas, kredibilitas serta integritas memimpin Provinsi Sumatera Utara lima tahun ke depan.
Bahkan sangat berat rasanya mengingkari hati nurani (merasa bersalah) jika mengingkari fakta-fakta rekam jejak kinerja (track record) Dr. RE. Nainggolan, MM di pemerintahan daerah Provinsi Sumatera Utara. Batak selalu berdoa kepada Tuhan kiranya diberi pinompar na boi pajoloon seperti umpasa “ Tangke ma ualang garinggang jala garege, sai tubu ma anak ulubalang boru par mas jala par eme”. Ketika doa itu dikabulkan Tuhan Yang Maha Kuasa apakah tidak merupakan kesalahan besar bila tidak mendukungnya ?
Manangianghon, paborhathon, mangurupi, mandukung anak, boru, bere manjahi, mangalului si luluan adalah keharusan atau kewajiban perkumpulan atau parsadaan sebagai perwujudan doa kepada Tuhan sebagaimana prinsip dasar si sada anak, si sada boru, si sada tangiang, si sada pambahenan dari perkumpulan atau parsadaan.
Mendoakan, memberikan dukungan kepada anak, boru, bere untuk meraih cita-citanya merupakan domain adat budaya murni bukan domain politik praktis seperti yang dilakukan pihak-pihak tertentu memberikan Bulang-bulang, gelar kehormatan kepada orang lain yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan perkumpulan atau parsadaan marga sama sekali.
Konkritisasi peran perkumpulan atau parsadaan marga seperti itu menjadi titik awal Implementasi PARTOGI Meraih Sukses Kolektif di masa akan datang apalagi didukung serta ditopang Tokoh-tokoh PARTOGI yang telah mendapat berkat Tuhan mau dan rela memberikan perhatian penuh mendukung kemajuan Parsadaan Pomparan Toga Sihombing dimanapun berada.
Parsadaan Pomparan Toga Sihombing (PARTOGI) dimanapun berada harus saling bahu membahu untuk meraih sukses kolektif seperti dikatakan Konfusius ”Jika ingin makmur makmurkan orang lain, jika ingin sukses sukseskan orang lain” dengan demikian hubungan tali darah Toga Sihombing terasa semakin erat sepanjang masa.
Horas PARTOGI.
Medan, 4 Pebruari 2013
Drs. Thomson Hutasoit.
Penulis;
- Sekretaris Umum Punguan Borsak Bimbinan Hutasoit, Boru, Bere Kota Medan Sekitarnya.
- Sekretaris II PARTOGI Kota Medan Sekitarnya.
- Direktur Eksekutif LSM Kajian Transparansi Kinerja Instansi Publik (ATRAKTIP).
- Wakil Pemimpin Redaksi SKI ASPIRASI.
- Penulis buku Meneropong serta Mengamati Visi-Misi Gubernur Sumatera Utara H. Syamsul Arifin Silanan SE ‘ Rakyat Tidak Lapar, Rakyat Tidak Bodoh, Rakyat Tidak Sakit dan Punya Masa Depan’ (2010), Buku Keluhuran Budaya Batak-Toba (2011), Buku Kearifan Lokal Batak-Toba serta implementasinya dalam berbangsa bernegara (2012), Buku Potret Retak Berbangsa Bernegara (2012), Buku Indikator Bangsa Bangkrut (2012), Buku Misteri Negara Salah Urus (2012), Buku Slusi Perbedaan Adat Batak-Toba (2012).
- Penulis ± 200 Artikel di berbagai media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.